Judul : Muhammad Al fatih 1435
Penulis: Felix Siauw
Penyunting: Salman Iskandar
Penerbit : Khilafah press
Cetak kelima November 2013
Tebal : xxvi + 320 halaman
Di dalam buku Muhammad Al fatih 1435 ini
menceritakan tentang sejarah seorang toko Muslim yang semenjak masa kecil
hingga menjelang ajal menjemputnya,
memberikan banyak inspirasi bagi setiap orang yang mengenalnya , bagi
orang yang membaca kisahnya , bahkan memberikan cerita dan memori tersendiri di
dalam pandangan lawan – lawan nya. Bahkan Muhammad Al fatih semasa hidupnya
begitu banyak memberikan kejutan – kejutan dalam setiap strategy dan
pemikirannya.
Maka tidaklah heran bahwasanya Muhammad Al
fatih atau Sultan Mehmed II bin Murad II menjadi orang yang telah digambarkan
dalam bisyarohnya rosulullah . Bahwa kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan
Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan
yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin
Hanbal Al-Musnad 4/335]
Peran penting di masa kecil
Tak dipungkiri bahwa pendidikan masa kecil
berpengaruh besar pada terbentuknya karakter seseorang. Sultan Mehmed II bin
Murad II, yang lebih dikenal dengan nama Muhammad Al-Fatih mendapatkan
pendidikan yang sarat dengan ilmu, yang berkaitan dengan fiqh, alQur’an maupun
bersifat umum, seperti astronomi, matematika, bahasa, dll. Syaikh Aaq
Syamsuddin menjadi salah satu pilihan Sultan Murad II untuk mendidik putranya.
Syaikh Aaq bukan sembarang ulama, beliau adalah seorang polymath, ulama yang
menguasai berbagai bidang dan berwawasan luas, sehingga Mehmed benar-benar
mendapatkan ilmunya dari seseorang yang tepat.
Keluasan ilmu umum yang didukung dengan
pemahaman agama yang kuat membentuk Mehmed menjadi karakter yang cerdas dan
berakhlak. Kekaguman Mehmed kepada Rasulullah Saw tak luput dari pelajaran
sirah nabawiyah yang disampaikan Syaikh Aaq. Tak dipungkiri bahwa ‘obsesi’
Kesultanan Utsmani dari generasi ke generasi adalah menaklukkan Konstantinopel.
Sehingga, Mehmed pun tumbuh dengan obsesi tersebut, menaklukkan Konstantinopel
dan menjadi sebaik-baiknya pemimpin.
Syaikh Aaq juga memberikan pengajaran dan
pengaruh – pengaruh positif dalam pembentukan karakter Sultah Sultan Mehmed II
bin Murad II , dengan selalu menceritakan kisah – kisah tentang pejuang –
pejuang muslim dalam perkembangan pergerakan Islam. Dan selalu mengingatkan dan
meyakinkan Sultan Mehmed II bin Murad II bahwa dialah pemimpin yang rosulullah
maksud dalam bisyarohnya sebagai sang penakluk konstantinopel , sehingga hal
itulah yang menjadikan Sultan Mehmed II bin Murad II sangat bersemangat untuk
memenuhi bisyaroh rosulullah.
Kebenaran Bisyaroh Rosullah
Keinginan yang menggebu untuk menaklukkan
Konstantinopel membuat Mehmed harus memutar otak. Kekuatan benteng darat
Konstantinopel yang berlapis tiga menjadi bagian tersulit untuk menembus kota.
Apalagi wilayahnya yang sebagian besar di keliling laut membuat kota ini tak
terembus selama berabad-abad.
Sultan Mehmed belajar dari sejarah, yang
berkaitan dengan upaya para pendahulunya untuk menaklukkan Konstantinopel, apa
kekurangan yang membuat rencana mereka gagal. Saat belajar dari pengalaman
generasi sebelumnya, Mehmed mengumpulkan ahli dari berbagai ilmu untuk
mendukung rencananya. Pengetahuannya terkait sejarah para pejuang – pejuang
islam dan strategy perang dari berbagai negara membuatnya kaya akan strategy
dan solusi ketika di hadapkan dengan halangan dan rintangan berupa perlawanan
dari pasukan konstantinopel. Dan setiap tantangan berupa rintangan yang
diberikan pasukan konstantinopel terhadap Sultan Mehmed II bin Murad II selalu
di jawab dengan strategy – strategy yang mengejutkan yang belum pernah
terpikirkan oleh pasukan manapun.
Tiada daya dan upaya melainkan daya dan upaya Allah swt
Sesungguhnya Allah meletakkan pedang di
tanganku untuk berjihad di jalan-Nya. Maka jika aku tidak mampu untuk bersabar
dalam menghadapi kesulitan-kesulitan ini dan tidak aku lakukan kewajiban dengan
pedang ini maka sangat tidak pantas bagiku untuk mendapatkan gelar Al-Ghazi
yang aku sandang sekarang ini. Lalu, bagaimana aku akan menemui Allah pada Hari
Kiamat nanti?” (h. 265)
Saat ketaqwaan, keyakinan dan komitmen
menjadi kekuatan dalam diri manusia, perubahan besar dapat terjadi. Meski
Sultan Mehmed memiliki pasukan yang lebih banyak dibandingkan Konstantinopel,
dia tidak lantas menyombongkan diri. Pendidikan akhlak yang ditempa sejak dini
menjadikannya sosok yang tetap menyandarkan kekuatannya kepada Sang Maha Kuat,
Allah SWT. Perjuangan Sultan Mehmed untuk menaklukkan Konstantinopel sering
menemui kegagalan, tak jarang memunculkan suara sumbang yang tidak mendukung,
bahkan sempat muncul benih-benih pemberontakan dalam pasukan Yaniseri. Namun
kembali lagi, Sultan Mehmed meyakini akan kepastian terealisasinya bisyaroh
Rasulullah, melalui pedangnya.
Demi merobohkan benteng konstantinopel, tak
sekadar inovasi senjata yang diciptakannya tapi juga peningkatan ibadahnya dan
seluruh prajuritnya. Kalimat, sebaik-baiknya pemimpin dan sebaik-baiknya
pasukan, diyakini Sultan Mehmed sebagai pengingat bahwa pemimpin dan pasukan
yang dimaksud harus mendapatkan ridha-Nya. Dan ridha akan tercapai jika mereka
mendekatkan diri dan melandaskan peperangan ini demi Allah semata. Pemandangan
shalat berjamaah dan lingkungan yang dipenuhi dengan tilawah menjadi gambaran
kondisi perkemahan pasukan Utsmani saat pengepungan Konstantinopel. Gambaran
pasukan Sultan Mehmed II bin Murad II menjadi perang mental yang menyerang
pasukan konstantinopel sebelum perang fisik terjadi. Serangan – serangan yang
di lakukan oleh Sultan Mehmed II bin Murad II terus dilakukan secara rapih dan
penuh dengan perhitungan , hingga
akhhirnya terealisasilah bisyaroh rosulullah tentang penaklukan konstantinopel
. Sultan Mehmed II bin Murad II tidak hanya menunjukan kehebatannya di saat
perang , namun Sultan Mehmed II bin Murad II juga memperlihatkan kehebebatannya
dalam ketatanegaraan yang dengan kemampuannya merubah konstantinopel menjadi
tempat terbaik dan memiliki reputasi lebih baik melebihi reputasi
konstantinopel sebelum di taklukan.